Pada tanggal 28 Juni 2007, saya ada tugas dari kantor ke Balikpapan untuk menyelesaikan pekerjaan wilayah Labanan serta memberikan ilmu GIS kepada sebagian staf perencanaan dari Longnah. Setelah menyelesaian tugas, kebetulan ada teman staf SDM dari Jakarta yaitu Ibu Wiwiek yang akan memberikan test kenaikan pangkat bagi staf yang ada di balikpapan, mengajak saya untuk melihat kawasan wisata di sekitaran Balikpapan, saat itu jam telah menunjukkan pukul 17.30 waktu Balikpapan, karena kami semua telah merasa sering ke pantai, maka salah satu teman ada ide untuk melihat Wisata Malam Bukit Bangkirai di Batu Ampar.
Kami akhirnya memutuskan pergi ke tempat tersebut, untuk menuju kawasan wisata, kami harus melakukan perjalanan selama 2 jam. Kira-kira pukul 7 malam rombongan telah sampailah ke tempat tujuan. Satu persatu saya dan teman-teman meninggalkan mobil menuju rumah panggung yang tampak cantik, dimana rupanya rumah tersebut adalah pengelola tempat wisata, akhirnya kami semua melepas sepatu guna untuk menggantinya dengan sepatu but karet yang tinggi, maklum dihutan tersebut sangat becek karena saat itu lagi musim penghujan dan medannya pun menanjak dan sangat licin. Kurang lebih kami berjalan selama 1,5 jam, akhirnya sampai juga.
Dalam perjalan kami dipandu oleh pengawas dengan membawa peralatan lampu senter dan tongkat untuk memudahkan perjalanan, dalam setiap langkah kakiku terdengar suara jangkrik, kodok dan belalang, tak jarang terlihar kerlap kerlip sinar-sinar kecil menambah suana menjadi seram/merinding karena sangat gelap, rupanya merurut pengawas hanyalah kunang-kunang yang baru keluar untuk mencari makanan.
Setiap anak tangga satu persatu kami injak perlahan-lahan untuk mencapai pujak di menara pohon Bangkirai, perasaan lelah, capek, loyo akhirnya istirahat sambil menikmati suara semilirnya dedaun yang tertiup angin. Kami merasa dan benar-benar berada diatas tajuk pepohonan hutan yang sangat lebat, mungkin kalau di siang hari saya takut berada di ketinggian, ada beberapa menara dimana masing-masing berada pada pohon yang sangat tinggi dibandingkan dengan pohon lainnya yang masing-masing terhubungkan oleh potongan-potongan kayu bangkirai yang tersusun rapi dengan diikatnya pada kawat baja sehingga menghubungkan ke menara tersebut sehingga membentuk jembatan antar pohon, agar pejalan kaki saat melintasi jembatan tersebut merasa aman dibuatlah jala pengaman. Oh ya... jembatan tersebut rupanya di arsitekturi dan dibuat sendiri oleh seorang ahli bernama Robby Oates berasal dari Amerika dengan biaya berasal dari PT. Inhutani I.

Kami semua tidak mau kehilangan begitu aja atas kenangan yang mengasikkan ini, oleh sebab itu kami melakukan foto bersama dengan berlatar belakang tajuk pepohonan yang rindang, langit hitam dan tampak sedikit terlihat sepotong bulan yang malu-malu untuk menunjukkan bentuk aslinya kerena tertutup oleh mendung.
Begitulah pengalaman ku di kawasan wisata Bukit Bangkirai (Canopy Bridge) Balikpapan Kalimantan Timur.
Begitulah pengalaman ku di kawasan wisata Bukit Bangkirai (Canopy Bridge) Balikpapan Kalimantan Timur.

























